Minggu, 22 Februari 2009

Harga Sebuah Penampilan



Berapa Harga dari Sebuah Penampilan ? Angka-angka ini mungkin bisa menjadi acuan : Romy, seorang reporter MTV mengaku menghabiskan sekitar 200 ribu untuk perawatan tubuhnya saja. “Aku creambath teratur seminggu sekali” katanya. Sedang Alvin Adam, penyiar Metro TV mengaku melakukan Facial secara teratur disebuah salon di hotel berbintang lima. Untuk menjaga kulitnya, dia mengaku mnggunakan body lotion,sabun mandi khusus keluaran sp, juga deodorant. Pria yang mengaku memiliki koleksi parfum sampai 284 botol ini, merogoh koceknya sekitar 2 juta-an setiap bulannya untuk perawatan tubuhnya saja.
Bukan hanya para selebriti, seorang mahasiswa mengaku menghabiskan uang antara Rp 200 - 500 ribu untuk membeli keperluan perawatan tubuhnya, seperti parfum, sabun, dan shampoo. Angka-angka ini adalah sedikit laporan dari dunia pria. Bisa dibayangkan seberapa dana yang mesti dikucurkan untuk merawat tubuh di kalangan wanita yang memang dikenal pesolek dan sangat cerewet dalam masalah penampilan. Sangat diyakini lebih menggelembung beberapa kali lipat. Kita mungkin akan geleng-geleng kepala jika mengetahui jumlah pastinya. Karena bisa mencapai jutaan atau malah puluhan juta. Ini, belum lagi ditambah dengan hal-hal lain yang mendukung penampilan diluar perawatan tubuh. Semisal pakaian, jam tangan, sepatu, tas, parfum dan dompet, sampai ikat pinggang dan handphone. Belum terhitung mobil, rumah, furniture dan barang-barang elektronik. Hitung saja sendiri !
Tentu saja tidak ada yang salah dengan penampilan yang charming dan mengesankan. Rasulullah pun memerintahkan para sahabat untuk menjaga penampilan mereka. Disamping bliau pun cukup rajin merawat diri. Bersiwak, mandi, memakai parfum, bercelak, meminyaki tubuh dan menata rambut adalah sebagian diantaranya. Sementara Imam Malik juga terkenal suka berpakaian bagus. Hanya saja, ketika penampilan menjadi sesuatu yang diagung-agungkan, dengan mengabaikan hal-hal yang lebih prinsip semisal kekuatan karakter dan bagusnya agama seseorang, ia bisa menjadi sangat menyesatkan. Perlombaan dan persaingan diantara manusia didalam memanipulasi penampilan guna merebut perhatian manusia disekitarnya tidak bisa dielakkan dan akan sangat menyesatkan. Hal ini dikarenakan standar penampilan yang dianggap ideal selalu berubah. Mulai ukuran tubuh sampai macam aksesorinya. Pada suatu saat tubuh yang berisi dianggap ideal, di lain kesempatan, yang kurus yang dianggap ideal. Demikian juga dengan sarana penunjang yang lain.
Perubahan standar ini tentu saja menghajatkan dana yang sangat banyak untuk mengikutinya. Misalnya hari ini kita puas karena membawa HP model terbaru yang lumayan mahal, ini hanya akan bertahan beberapa saat, untuk kemudian mencari HP keluaran terbaru lagi. Atau kita baru saja melakukan pelurusan rambut (rebonding) karena model ini sedang menjadi tren, beberapa bulan kemudian kita merombak rambut menjadi kriwil lagi. Begitu seterusnya.
Dalam banyak kasus kita menghamburkan sangat banyak dana dan hilang kepekaan nurani kita kepada penderitaan orang lain. Seperti saat harga BBM & Sembako mengalami kenaikan dan membuat banyak masyarakat menjadi miskin mendadak tempo hari, konser artis yang sangat mahal dihadiri berjubel pengunjung yang “wangi”. Orang mungkin akan lebih memilih tidak membantu tetangganya yang miskin daripada tidak bisa memanjakan tubuhnya.
Agar tidak terjebak pembelanjaan harta yang tidak terkontrol, ada beberapa persoalan yang harus kita pahami ;
1. Harta yang kita miliki sesungguhnya adalah amanah yang dititipkan kepada kita dan akan dipertanggungjawabkan penggunaanya. Setiap hamba akan tentang hartanya, dari mana ia peroleh dan kemana diinfakkan.

2. Ada hitungan yang berbeda antara harta yang ada ditangan kita dan harta yang menjadi milik kita dalam arti yang sesungguhnya. Dalam hitungan manusia, harta yang ditangan kitalah yang dihitung. Sedang disisi Allah, harta yang telah kita keluarkan dan jelas dalam penggunaannyalah yang disebut sebagai harta kita. Artinya, seseorang yang berpenghasilan lima juta sebulan dianggap lebih kaya daripada yang bergaji lima ratus ribu sebulan. Namun dalam hitungan Allah jelas berbeda.

Dalam sebuah Hadits riwayat Muslim :
“ Seorang manusia berkata : ‘Hartaku….hartaku…’ Padahal harta miliknya hanyalah apa yang dia makan kemudian habis, dan apa yang dia pakai kemudian menjadi usang, dan apa yang dia sedekahkan kemudian mengalir pahalanya. Sedang yang selain itu, maka harta itu lenyap dan ditinggalkannya bagi orang lain.”

Allah juga berfirman :
“ Perumpamaan ( nafkah yang dikeluarkan oleh ) orang-orang yang menafkahkan hartanya dijalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir : seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (kurnia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”

3. Ada banyak kepentingan yang membutuhkan dana. Namun tidak semua bernilai sama. Beberapa diantaranya mungkin bisa ditunda atau malah tidak perlu sama sekali. Untuk itu, harus ada upaya mempertimbangkan skala prioritas setiap kali kita hendak membelanjakan harta kita. Jangan sampai menyesal di kemudian hari karena ternyata kita keliru mengidentifikasi persoalan.

4. Kita bisa saja membangun penghargaan terhadap diri sendiri agar mendapat penghargaan dari orang lain. Hanya saja sebagai muslim kita memahami bahwa nilai diri kita tidak bisa terus menerus dimanipulasi penampilan. Dengan menyadari nilai diri adalah ketakwaan dan penampilan hanyalah faktor penunjang, kita bisa membanggakan sesuatu yang lain yang sesungguhnya lebih bernilai secara substantive. Dan sebenarnya hal ini akan lebih menentramkan batin. Bandingkan dengan orang yang mencari ketenangan dengan cara bergantung kepada penampilan, sedang standar penampilan itu sendiri senantiasa berubah sepanjang waktu. Demikian pun cara pandang kita kepada pihak lain. Perasaan kita yang mendalam kepada orang lain akan mengalahkan penampilannya di hadapan kita. Istri yang sedang hamil misalnya, akan tampak seksi di hadapan suami tercinta. Kekuatan karakter mereka pun bisa merubah pandangan kita kepada mereka.

Tidak ada komentar: